Jumat, 02 November 2012

Akulturasi dan Relasi Internakultural


Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri.

Dalam hal ini terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang sukar berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (covert culture), dengan bagian kebudayaan yang mudah berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing (overt culture). 
Covert culture misalnya: 
1) sistem nilai-nilai budaya, 
2) keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap keramat, 
3) beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam proses sosialisasi individu warga masyarakat, dan 4) beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas dalam masyarakat. 
Sedangkan overt culture misalnya kebudayaan fisik, seperti alat-alat dan benda-benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan, tata cara, gaya hidup, dan rekreasi yang berguna dan memberi kenyamanan.

Sedangkan beberapa contoh yang sering digunakan untuk menjelaskan proses akulturasi antara lain:
a. Menara kudus, akulturasi antara Islam (fungsinya sebagai masjid) dengan Hindu (ciri fisik menyerupai bangunan pura pada agama Hindu)

b. Wayang, akulturasi kebudayaan Jawa (tokoh wayang: Semar, Gareng, Petruk, Bagong) dengan India (ceritanya diambil dari kitab Ramayana dan Mahabharata)

c. Candi Borobudur, akulturasi antara agama Budha (candi digunakan untuk ibadah umat Budha) dengan masyarakat sekitar daerah Magelang (relief pada dinding candi menggambarkan kehidupan yang terjadi di daerah Magelang dan sekitarnya)

d. Seni kaligrafi, akulturasi kebudayaan Islam (tulisan Arab) dengan kebudayaan Indonesia (bentuk-bentuknya bervariasi)


Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini).  

Menurut Stewart L. Tubbs, komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antarbudaya sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. 

Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.  

Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
  1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan
  2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama
  3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita
  4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
Menurut saya kesimpulannya adalah, dengan adanya komunikasi antarbudaya, maka akulturasi dapat terjadi. Ini bisa dicontohkan dengan keadaan yang terjadi di Bali. Di Bali, turis mancanegara berbaur dengan penduduk lokal. Berbaurnya turis asing dengan penduduk lokal pastilah dengan komunikasi, dalam hal ini komunikasi antarbudaya pun dapat terjadi. Di Bali, turis tidak hanya datang untuk mengagumi panorama alamnya melainkan juga belajar dan mengetahui budaya yang ada di Bali. Begitu juga dengan penduduk lokal. Penduduk lokal yang tadinya tidak bisa berbahasa inggris, jadi terbiasa menggunakan bahasa inggris walaupun tidak belajar secara formal. Budaya barat seperti clubbing pun mulai masuk ke Bali dan dikenalkan kepada penduduk lokal. Meskipun budaya barat sudah menempel dan lekat dengan Bali, tapi penduduk lokal masih bertahan dengan budayanya yang lama seperti sembahyang setiap hari, nyepi, dan hari-hari besar lainnya. Saat penduduk lokal sedang merayakan hari besarnya, turis-turis asing pun menghormati kegiatan tersebut. Misalnya saat merayakan Nyepi, Bali akan sepi dari aktivitas dan keramaian disebabkan penduduk lokal yang memang hanya bersembahyang di rumah masing-masing. Kegiatan tersebut pun tidak akan jadi masalah untuk turis karena adanya komunikasi antarbudaya.

Sumber :

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/poerwanti-hadi-pratiwi-spd-msi/asimilasi-akulturasi.pdf 

Sabtu, 13 Oktober 2012

Transmisi Budaya dan Biologis Serta Awal Perkembangan dan Pengasuhan

Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat

Bentuk-bentuk dari transmisi budaya :
  1. Akulturasi, menurut  Harsoyo Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
  2. Enkulturasi, Menurut koentjaraningrat proses Enkulturasi adalah proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, system norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang. Proses ini telah dimulai sejak awal kehidupan yaitu dalam lingkungan keluarga, kemudian dalam lingkungan yang makin lama makin meluas.
  3. Sosialisasi, menurut  Charlotte Buhler Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya. 
Pengaruh akulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
Akulturasi dapat mempengaruhi individu melalui suatu proses sosial yang terjadi apabila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan kebudayaan asing.

Pengaruh enkulturasi terhadap perkembangan psikologi individu
enkulturasi dapat mempengaruhi individu melalui proses belajar dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat, norma, dan semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan tersebut. Enkulturasi dapat terjadi karena lingkungan tempat tinggal individu menerapkan aturan-aturan tersebut dan biasanya merupakan proses yang dimulai sejak awal kehidupan yaitu dalam keluarga. Sehingga individu pun secara tidak sadar melakukan penyesuaian pada aturan-aturan tesebut.

Pengaruh sosialisasi terhadap perkembangan psikologi individu
Sosiologi dapat mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses bermasyarakat. Dengan sosialisasi individu akan belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup, dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dengan kelompoknya.

Awal masa perkembangan dan pola kelekatan (attachment) pada ibu atau pengasuh
Masa perkembangan anak merupakan suatu hal yang khusus, sebagai masa bertumbuh dan berkembangnya semua aspek dan fungsi yang ada dalam diri anak, termasuk perkembangan fisik, intelektual dan sosial yang berlangsung secara serentak dan seimbang (multidimensional). Masa perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh pola asuh. Pola asuh tersebut berkaitan dengan kelekatan antara orang tua dengan anaknya. Kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan pada anak pada seseorang dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Pengasuh Anak
Termasuk pada siapa dan bagaimana pengasuhan dilakukan. Orang yang paling banyak mengasuh anak adalah orang yang paling sering berhubungan dengan anak dengan maksud mendidik dan membesarkan anak. Hal ini menyangkut kualitas hubungan antara pengasuh dan anak, disamping itu pengasuh anak harus tetap dan berhubungan dengan anak secara berkesinambungan
b) Komposisi Keluarga
Anak mempunyai kemungkinan untuk memilih salah satu dari orang-orang yang ada dalam keluarga sebagai figur lekatnya. Figur lekat yang dipilih anak biasanya adalah orang dewasa yang memenuhi persyaratan pada butir a di atas. Ibu biasanya menduduki peringkat pertama figur lekat utama anak.
Hal ini dapat dipahami karena ibu biasanya lebih banyak berinteraksi dengan anak dan berfungsi sebagai orang yang memenuhi kebutuhannya serta memberikan rasa nyaman, namun dalam hal ini kuantitas waktu bukanlah faktor utama terjadinya kelekatan. Kualitas hubungan menjadi hal yang lebih dipentingkan. Kualitas hubungan ibu dan anak jauh lebih penting daripada lamanya mereka berinteraksi karena dengan mengetahui lamanya anak berinteraksi belum tentu diketahui tentang apa yang dilakukan selama interaksi.

Sumber :
http://www.imadiklus.com/2012/04/kajian-antropologi-teknologi-pendidikan-kasus-transmisi-budaya-belajar.html

http://www.indoinfo.web.id/2011/08/10/akulturasi-budaya-menurut-para-ahli/

http://www.scribd.com/doc/92659773/Tugas-Resume-II-kLB

 http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1943452-pengertian-sosialisasi/

 ocw.usu.ac.id

 library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-eka%20ervika.pdf

Sabtu, 06 Oktober 2012

Pengertian dan Tujuan Psikologi Lintas Budaya

Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik mengenai hubungan-hubungan di antara perubahan psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan perubahan biologis, serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam perubahan-perubahan tersebut.

Berikut adalah pengertian psikologi lintas budaya dari beberapa tokoh
  1. Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya.Definisi ini mengarahkan perhatian pada lingkungan dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan. 
  2. Herskovits, yang mendefinisikan budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lnnya (culture is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa disebut budaya. Tentu saja definisi ini juga sangat luas. Namun definisi tersebut digunakan oleh Harry C. Triandis, salah seorang pakar psikologi lintas budaya paling terkemuka, sebagai dasar bagi penelitian-penelitiannya (lihat Triandis, 1994) karena definisi tersebut memungkinkannya untuk memilah adanya objective culture dan subjective culture. Budaya objektif adalah segala sesuatu yang memiliki bentuk nyata, seperti alat pertanian, hasil kesenian, rumah, alat transportasi, alat komunikasi dan sebagainya. Sedangkan budaya subjektif adalah segala sesuatu yang bersifat abstrak misalnya norma, moral, nilai-nilai,dan lainnya.
  3. Menurut Brislin, Lonner, dan Thorndike, 1973) menyatakan bahwa psikologi lintas budaya ialah kajian empirik mengenai anggota berbagai kelompok budaya yang telah memiliki perbedaan pengalaman, yang dapat membawa ke arah perbedaan perilaku yang dapat diramalkan dan signifikan. 
tujuan dari psikologi lintas budaya adalah untuk mempelajari peran budaya terhadap perilaku, pikiran, dan emosi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa psikologi lintas budaya adalah psikologi yang memperhatikan faktor-faktor budaya, dalam teori, metode dan aplikasinya.

Kaitan psikologi lintas budaya dengan disiplin ilmu lainnya
  1. Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Sosiologi. Dalam ilmu sosiologi ada istilah akulturasi, akulturasi merupakan proses dimana suatu kelompok manusia suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-unsur suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat-laun diterima dan dapat diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Kaitannya dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana kelompok manusia yang dihadapkan oleh kebudayaan lain yang dapat mengendalikan budaya asing yang masuk sehingga budayanya sendiri tidak akan hilang. Unsur-unsur budaya asing yang diterima, tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan, sehingga bentuknya tidak asli lagi seperti semula.
  2. Hubungan antara Psikologi Lintas Budaya dengan Antropologi. Ilmu antropologi menekankan pada pengertian tentang manusia dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik, kepribadian, masyarakat serta kebudayaannya. Kaitannya dengan psikologi lintas budaya yaitu bagaimana manusia dapat memahami adanya perbedaan aneka warna kulit, bentuk fisik, kepribadian antara sesama manusia sehingga manusia itu dapat menyesuaikan perilakunya pada kebudayaan tersebut, maka manusia dapat berelasi baik dengan manusia lainnya. 
 Perbedaan psikologi lintas budaya dengan psikologi indigenous
Indigenous psychology adalah kajian ilmiah mengenai perilaku dan mental manusia yang bersifat pribumi, tidak dibawa dari daerah lain, dan didesain untuk masyarakatnya sendiri. Pendekatan ini mendukung pembahasan mengenai pengetahuan, keahlian, kepercayaan yang dimiliki seseorang serta mengkajinya dalam bingkai kontekstual yang ada. Teori, konsep, dan metodenya dikembangkan secara indigenous disesuaikan dengan fenomena psikologi yang kontekstual. Tujuan utama dari pendekatan indigenous psychology adalah untuk menciptakan ilmu pengetahuan yang lebih teliti, sistematis, universal yang secara teoritis maupun empiris dapat dibuktikan. Sedangkan psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik.

Perbedaan psikologi lintas budaya dengan psikologi budaya
Psikologi budaya adalah studi tentang cara tradisi budaya dan praktek sosial meregulasikan, mengekspresikan, mentransformasikan dan mengubah psike manusia. Psikologi budaya adalah studi tentang cara subjek dan objek, self dan other, psike dan budaya, person dan konteks, figure dan ground, praktisi dan praktek hidup bersama, memerlukan satu sama lain. Psikologi budaya adalah studi tentang dunia intensional, studi dari fungsi personal dalam dunia intensional khusus. Hal tersebut berarti menyelidiki psikosomatis, sosiokultural, dan tak terelakkan, realitas yang beragam (menyebar) dalam subjek dan objek tidak dapat dipisahkan karena mereka bersifat interdependensi sebagaimana mereka saling membutuhkan. Sedangkan psikologi lintas budaya menjelaskan lebih spesifik yaitu keragaman budaya yang ada dalam sebuah lingkungan masyarakat sosial yang mempengaruhi perilaku individu itu sendiri.

Perbedaan antropologi dengan psikologi lintas budaya
Antropologi berasal dari kata Yunani (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Anthropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.sedangkan psikologi lintas budaya lebih menekankan pada perbedaan individu secara psikologis dalam sebuah masyarakat

sumber :
 http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_lintas_budaya
 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/01/psikologi-lintas-budaya-2/
 http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html
 images.nunukmulandari.multiply.multiplycontent.com
 http://www.slideshare.net/coryditapratiwi/tugas-1-psikologi-lintas-budaya
 http://cicp.psikologi.ugm.ac.id/index.php/about-cicp/wip

Rabu, 21 Maret 2012

Fenomena Bunuh Diri dan Kaitannya Dengan Kesehatan Mental


Kabar yang sangat mengejutkan buat masyarakat Sumatera Barat umumnya dan khususnya buat masyarakat Kabupaten Limapuluh Kota bahwa dalam waktu sepekan terakhir sudah empat orang warganya yang mengakhiri hidup dengan jalan bunuh diri lewat tali gantungan.

Kasus tersebut menimpa Sulaiman, Nasri, Nurbaeti, dan terakhir menimpa Anto (20) yang memilih bunuh diri di kandang ayam tempat dia melakukan aktivitas sehari-hari.

Sungguh tragis sekali nasib yang menimpa mereka, hingga mengoyakkan ulu hati kita yang paling dalam. Tentunya ini menimbulkan sebuah perta­nyaan buat kita bersama, ada apa di balik nasib yang menim­pa mereka? Begitu pelikkah persoalan yang mereka hadapi? Sehingga bunuh diri menjadi pilihan mereka yang terakhir, untuk membebaskan diri dari persoalan yang mereka hadapi?

fenomena di atas akan saya kaitkan dengan teori kesehatan mental, sehingga kita bisa mengetahui kenapa sampai ada orang yang mau mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Selain itu, saya juga akan memberi tips-tips agar terhindar dari jalan pintas yang menyesatkan tersebut. Yuk disimak...

kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh stressor (penyebab terjadinya stres). Orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Noto Soedirdjo menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki kesehatan mental adalah orang yang memiliki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya.

Berdasarkan teori di atas, dapat diketahui bahwa korban-korban bunuh diri tersebut memiliki mental yang tidak sehat. Mental mereka dapat dengan mudah terganggu oleh stressor dan mereka tidak mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.

Tadi kan teori kesehatan mentalnya nii,, sekarang yang mau saya omongin itu teori psikologinya Freud. Ngomongin teorinya Freud mah gak bisa singkat. Tapi disini,, saya Cuma mau pake teorinya Freud yang tentang insting hidup dan insting mati. Simak lagi yaaa...

Insting termasuk ke dalam dinamika kepribadian. Jembatan antara energi tubuh dengan kepribadian adalah Id dengan Insting-instingnya.Insting didefinisikan sebagai perwujudan psikologis dari suatu sumber rangsangan somatic dalam yang dibawa sejak lahir. Perwujudan psikologisnya dinamakan hasrat sedangkan jasmaninya disebut kebutuhan. Insting mempunyai empat ciri khas yaitu:
  1. Sumber
    Yang menjadi sumber insting yaitu kondisi jasmaniah, jadi kebutuhan.
  2. Tujuan
     Tujuannya adalah menghilangkan rangsanagn kejasmanian.
  3. Objek
    Objekya adalah segala aktivitas yang mengantar keinginan dan terpenuhinya kebutuhan tersebut.
  4. Pendorong atau Penggerak
    Pendorong atau penggerak insting adalah kekuatan insting itu yang tergantung pada intensitas kebutuhan. 
Sumber dan tujuan insting adalah konstan atau tetap, namun objek atau cara memuaskan kebutuhan berubah-ubah selama hidup. Jika energi insting permanen diarahkan pada objek pengganti, maka tingkah laku yang timbul disebut instinct derivative.
 
Freud juga berpendapat bahwa ia menggolongkan insting menjadi dua kelompok, yaitu :
1.       Insting-insting hidup
Fungsi insting hidup menurut freud, berfungsi melayani maksud individu untuk tetap hidup dan melestarikan atau memperpanjang rasnya.
Contoh : makan, minum, dan seks.
2.      Insting-insting mati
insting yang ditujukan pada pengrusakan atau penghancuran organisme atau individu itu sendiri.
Contoh : agresivitas, kebencian, bunuh diri.

Nah,, dari teori Freud di atas bisa disimpulkan bahwa bunuh diri termasuk dari insting mati. Walaupun tiap orang memiliki insting mati, mungkin bisa diminimalisir supaya insting matinya gak sampai segawat bunuh diri. Ini beberapa cara meminimalisirnya...
1.       Berkunjung atau berkenalan dengan para motivator terkenal. Motivator itu bisa siapa aja lho. Bisa orangtua, dosen, guru, atau bahkan teman. Intinya sii, kita harus mau membuka diri dan bergaul dengan siapa aja. Dan jangan malu untuk cerita kalo punya masalah. Kalaupun orang yang kamu ceritain gak bisa kasih solusi, setidaknya mereka akan ada disamping kamu dan ngedukung kamu.
2.      Membaca buku-buku yang penuh inspirasi. Daripada kamu galau-galau mikirin perasaan kamu yang berakibat mengaktifkan insting mati kamu, mendingan kamu coba-coba baca buku-buku yang inspiratif. Yang mengisahkan perjuangan seseorang dalam meraih sukses. InsyaAllah,, kamu jadi terpacu semangatnya dan bisa belajar bersyukur dngan apa yang udah kamu dapet sekarang.
3.      Kalo kamu gak suka baca buku,, nonton film yang inspiratif juga seru kok. Efeknya kurang lebih sama lah kayak yang baca buku.
4.      Bermeditasi setidaknya 30 menit setiap hari. Terkadang orang stres itu dikarenakan mereka tidak punya waktu untuk memikirkan dirinya sendiri. Nah,, bisa dicoba deh ni meditasinya. Bisa dilakuin dimana aja kok, asal tenang dan bisa bikin kamu rileks.
5.      Silaturahim dengan orang-orang terdekat. Mmm,, kalo di islam sii silaturahim tu memperpanjang umur. Tapi bisa dicoba juga kok buat agama yang lain. Ini mungkin dikarenakan dengan bersilaturahim, kita akan ketemu orang banyak dan jadi lupa dengan stressor-stressor kita. Jadinya kan lebih positif juga kitanya.

Okaaayy,, sekian dulu casciscus saya kali inii. Biarpun sedikit, tapi semoga membantu ... :)

sumber :

Minggu, 18 Maret 2012

Tentang Kesehatan Mental


Apa sih kesehatan mental itu?

Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari kata Latin: mens, mentis) berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat, sedangkan hygiene (dari kata Yunani: hugiene) berarti ilmu tentang kesehatan. Mental hygiene sering juga disbut psikohygiene. Psyche (dari kata Yunani: psucho) berarti napas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, semangat. Ada orang yang membedakan antara mental hygiene dan psikohygiene. Mental hygiene menitikberatkan manusia sebagai totalitas psikofisik atau psikosomatik. Selanjutnya, kedua istilah itu disamakan karena ilmu kesehatan mental itu adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks.
Beberapa definisi kesehatan mental:
  1.  Alexander Schneiders : Ilmu kesehata mental adalah ilmu yang mengembangkan dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bbertujuan untuk mencapai dan memelihara kesejahteraan psikologis organisme manusia dan mencegah ganggguan mental  serta ketidakmampuan menyesuaikan diri.
  2. Howard Bernard : Ilmu kesehatan mental adalah suatu program yang dipakai dan diikuti seseorang untuk mencapai penyesuaian diri.
  3. D.B. Klein          : Ilmu kesehatan mental itu adalah ilmu yang bertujuan untuk mencegah penyakit mental dan meningkatkan kesehatan mental.
  4. Louis P. Thorpe  : Ilmu kesehatan mental adalah tahap psikologi yang bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesehatan mental.
Kesimpulannya, ilmu tentang kesehatan mental ini berbicara mengenai pemakaian dan penerapan seperangkat prinsip kesehatan yang bertujuan untuk mencegah ketidakmampuan menyesuaikan diri serta meningkatkan kesehatan mental. Ilmu ini bersifat preventif dan tujuannya yang utama adalah untuk memelihara kesehatan dan efisiensi mental.

Penting gak sih ilmu kesehatan mental itu?

  1. Ilmu kesehatan mental sangat bernilai dalam membantu seseorang untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih baik.
  2. Ilmu kesehatan mental memberikan mekanisme motivasi dan tingkah laku manusia yang bisa diterapkan di ilmu kedokteran dan keperawatan. Selain itu, bisa digunakan oleh orangtua dan guru dalam menghadapi remaja sesuai dengan masa perkembangannya.
  3. Ilmu kesehatan mental dapat memberikan banyak cara preventif (pencegahan) dan juga cara pengobatan yang akan membantu mengurangi banyak masalah sosial yang kompleks dan berat yang disebabkan oleh kenakalan/kejahatan, alkoholisme, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri, baik yang ringan maupun yang berat.
Soo,, menurut aku sii penting. Gimana dengan kamu? :)

Sekarang kita omongin pendekatan-pendekatannya nii. Kalo menurut sumber sii ada banyak pendekatan, tapi yang lazim digunakan cuma 3. Yuk,, dibahas satu-satu...
  1. Yang pertama namanya pendekatan preventif. Pendekatan preventif adalah pendekatan yang pertama-tama berusaha mencegah gangguan-gangguan mental yang ringan dan yang dapat menimbulkan psikosis-psikosis yang sebenarnya. Psikosis itu adalah suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan antara individu dengan lingkungannya.
  2. Yang kedua namanya pendekatan terapeutik. Pendekatan terapeutik adalah perbaikan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang ringan dalam tingkah laku sehingga tidak berkembang menjadi hambatan-hambatan yang berat. Ketidakmampuan menyesuaikan diri ini mungkin terjadi bertepatan dengan perubahan lingkungan sosial dan pribadi seseorang.
  3. Yang ketiga namanya pendekatan kuratif yang dikenal juga sebagai psikiatri preventif. Pendekatan kuratif ini sudah mencakup prkatek-praktek yang dilakukan untuk menemukan dan memperbaiki ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Ada kaitannya gak sii ilmu kesehatan mental ini dengan ilmu psikologi?

Hampir semua bidang psikologi turut memberi sumbangan bagi usaha ilmu kesehatan mental. Diantaranya akan dijelaskan di bawah ini :):):)
  1. Psikologi anak yang menyelidiki anak dari masa pranatal sampai masa remaja memperkenalkan kondisi-kondisi yang berbeda dalam perkembangan emosi dan mental anak kepada para ahli ilmu kesehatan mental.
  2. Psikologi abnormal ayng menangani penyimpangan-penyimpangan dalam tingkah laku manusia membantu memberikan wawasan kepada ahli ilmu kesehatan mental mengenai fakta tentang penyebab-penyebab dari gangguan kepribadian.
  3. Psikologi pendidikan dapat memberikan pemahaman kepada para mahasiswa ilmu kesehatan mental mengenai pengaruh pengalaman-pengalaman sekolah terhadap kesehatan mental. Karena menerapkan prinsip-prinsip ilmu kesehatan merupakan suatu segi dalam cara belajar, maka pengetahuan efektif tentang proses belajar merupakan sumbangan yang sangat penting dari psikologi pendidikan bagi ilmu kesehatan mental dalam mencari usaha yang yang efektif untuk mencegah penyakit mental dan membina kesehatan mental.
  4. Psikologi klinis berusaha menentukan kemampuan-kemampuan dan ciri-ciri khas seorang individu dengan menggunakan bermacam-macam metode pengukuran, analisis, dan observasi. Kemudian hasil yang diperoleh dapat dijadikan acuan dalam memberikan saran-saran yang tepat dari individu yang bersangkutan. Psikolog klinis adalah seorang spesialis yang mendapat pendidikan di perguruan tinggi dan memenuhi syarat untuk menguji dan menggunakan cara-cara psikoterapeutik bagi orang-orang yang memperlihatkan penyimpangan kepribadian. Psikolog klinis juga terlatih menggunakan tes-tes psikologi. Psikolog klinis melakukan sebagian besar tugasnya dalam klinik psikiatri dan ia memberikan sumbangan yang besar bagi keberhasilan dari setiap program ilmu kesehatan mental.

Udah mulai kebayang dong kesehatan mental itu apa??? Walaupun jauh dari kesempurnaan,, tapi semoga bisa bermanfaat. :):):)

Sumber :