Pengertian
Teori konseling kognitif lain dalam teori perilaku adalah
teori Rational emotive. Konsep dasar teori ini adalah bahwa pola berpikir
manusia itu sangat dipengaruhi oleh emosi, demikian pula sebaliknya. Emosi adalah
pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan atau sebagai suatu proses sikap dan
kognitif yang intrinsik. Sedangkan pikiran-pikiran seseorang dapat menjadi
emosi seseorang dan merasakan sesuatu dalam situasi tertentu pikiran seseorang.
Konsep dasar
RET
- Antecedent event(A): Yaitu segenap peristiwa luas yang dialami/memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku/sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecedent event bagi seorang.
- Belief(B): Yaitu keyakinan, pandangan, nilai/verbalisasi diri iindividu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada 2 macam, yaitu keyakinan yang rasional (Rational Belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (Irrational Belief atau iB).
- Emotional consequence(C): Konsekuensi emosional sebagai akibat / reaksi individu dalam bentuk perasaan senang/hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecedent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variabel antara dalm bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun iB.
Tujuan Konseling
:
- Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan klien yang irrasional menjadi rasional
- Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri (benci, takut, rasa bersalah, cemas, dll)
- Melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan rasa percaya diri.
Tahapan Konseling
:
- Menunjukkan pada klien bahwa dirinya tidak logis, membantu mereka memahami “bagaimana & mengapa”
- Membantu klien agar menghindarkan diri dari ide-ide irrasional
- Konselor berusaha “menantang” klien untuk mengembangkan filosofis kehidupan yang rasional dan menolak kehidupan yang irrasional & fiktif.
Teknik-teknik
Konseling :
- Assertive training: digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus menerus menyesuaikan dirinya dengan pola perilaku sesuai dengan yang diinginkannya
- Sosiodrama: digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan klien (perasaanperasaan negatif) melalui suatu suasana yang dramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapan dirinya sendiri baik secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis
- Self-modelling: digunakan dengan meminta klien untuk berjanji atau mengadakan komitmen dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
- Reinforcement: digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun punishment.
- Imitasi: digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi perilakunya sendiri yang negatif.
- Social modeling: digunakan untuk menggambarkan perilaku –perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.
- Home Work Assigment: digunakan agar klien dapat membiasakan diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntun pola perilaku yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
- Konselor diharapkan dapat memberikan unconditional positive regards
- Terapi ini cocok diterapkan pada klien yang mengalami gangguan neurotik, problem psikosomatis, gangguan makan, ketidakmampuan dalam hubungan interpersonal
- Terapi ini tidak diberikan pada anak2 yang mengalami autis, gangguan mental gradebawah, skizofrenia
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar